Keluarga Tak Percayai Dokter Kalau Diagnosa Pasien Buruk, Dokter dan keluarga pasien kerap punya pendapat berbeda tentang kemungkinan kelangsungan hidup dari pasien yang kritis. Ketika dokter memberitahu hasil diagnosa pasien yang buruk, seringkali keluarga tak mau mempercayainya.
Keluarga dari pasien kritis memiliki pandangan yang lebih optimis dibandingkan dokter, termasuk dalam hal kemungkinan kelangsungan hidup dari pasien. Meskipun pasien tersebut dalam kondisi kritis dan dirawat di ICU.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan apakah dokter sudah secara efektif mengkomunikasikan perkiraan kemungkinan prognosis pasiennya.
Pada studi terbaru yang dilakukan University of Pittsburgh Medical Center di Pennsylvania, keluarga pasien ternyata tidak mempercayai dokter ketika mengatakan 'sangat tidak mungkin untuk bertahan hidup' atau 'sangat mungkin untuk meninggal' atau 'pasien memiliki kesempatan 10 persen untuk bertahan hidup'.
Peneliti menemukan partisipan studi ini justru akan pergi dengan memiliki perkiraan yang lebih positif dibandingkan dengan prognosis yang dokter.
"Temuan utama dari studi ini adalah banyak keluarga pasien yang tidak mempercayai perkiraan dokter terhadap nilai nominalnya. Disarankan komunikasi yang efektif dengan keluarga dan tidak hanya mengenai angka perkiraan harapan hidup dari pasien," ujar Dr Douglas B. White dari University of Pittsburgh Medical Center di Pennsylvania, seperti dikutip dari
Reuters, Kamis (1/7/2010).
Dr White mengatakan dokter ICU harus membatasi jumlah informasi yang disampaikan pada keluarga pasien, sehingga anggota keluarga tidak terlalu kewalahan pada saat keluarga merasa putus asa.
Kunci lain yang turut mempengaruhi adalah kepercayaan, karena dokter ICU bukanlah dokter keluarga yang berarti keluarga diminta untuk percaya pada penilaian dari orang asing.
Keluarga dari pasien ICU biasanya tak hanya bergantung pada perkiraan dokter semata. Keluarga sering memiliki persepsi tersendiri mengenai kekuatan orang yang dicintainya, kepercayaan dan optimisme.